Mengenal Studi Sastra Bandingan
Apabila dipikir kembali maka ada benarnya juga ketika kita
mendapati sebuah karya sastra yang mempunyai kemiripan satu sama lain dengan
sastra yang lainnya dilain tempat. Sebagai contoh adalah karya Shakespeare –
Romeo & Juliet yang esensi ceritanya mirip dengan cerita layla majnun.
Meski tidak semua isi dan cerita itu bisa dibilang sama namun para pembaca
pasti menyadari memang terdapat sebuah unsur persamaan diantara kedua karya
tersebut.
Secara
umum, pandangan tersebut merupakan bagaimana kita melihat apa yang dipikirkan
hanya sebatas pada pandangan tematik. Artinya memang benar temanya yaitu sama
kasih tak sampai, kasih yang tersimpan karena taqdir tak bertuan. Disini
kita mendapati suatu persamaan diantara kedua karya berbeda negara
tersebut tapi kita belum melihat unsur-unsur lain yang mungkin menciptakan
karya tersebut.
Unsur-unsur
itu bisa dari sejarah, atau bagaimana pengarang melihat keadaan sosialnya,
lingkungan, agama atau budaya. Unsur yang tersebutlah yang mungkin pada
akhirnya akan membantu kita untuk menemukan sedikit perbedaan dari kedua karya
tersebut, yang tentunya berlandaskan pada suatu pencarian yang bersistem, tidak
semena-mena asal berbicara.
Kita
boleh menamai khalayak tersebut dengan bagaimana peneliti melihat karya sastra
diluar tekstualnya, yakni melihat karya tersebut dengan kacamata
sosiokulturalnya. Pandangan ini cukup melegakan bagi peneliti disatu sisi dan
untuk karya sastra yang diteliti disisi lain. Try to find a reason just by
yourself!!
Sastra
Bandingan: Melihat Sastra Lebih Luas
Salah
satu studi yang mungkin bisa kita pakai dalam menelaah bagaimana persamaan dan
perbedaan itu nampak adalah dengan memakai studi sastra bandingan. Sastra
bandingan adalah suatu disiplin ilmu yang relatif baru dikancah dunia sastra.
Tapi gaungnya sudah terasa dekat ketelinga kaum akademisi. Sekilas, sastra
bandingan itu merupakan bagaimana seseorang membandingkan satu karya dengan
karya lainnya. Sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan maka ada dua aliran
berbeda yang mempunyai opini tentang sastra bandingan.
Aliran
pertama yaitu Prancis dan aliran kedua adalah yang datang dari Amerika.
Sebenarnya perbedaannya hanya terletak pada bagaimana sastra bandingan itu
diaplikasikan pada suatu karya. Contoh kecil dari perbedaan kedua aliran
tersebut ada pada bagaimana aliran prancis hanya menganjurkan karya yang sama
ketika membandingkannya, cerpen dengan cerpen, novel dengan novel dll. Berbeda
dengan Prancis, maka Aliran amerika lebih liberal, lebih maju, dari apa yang
didefinisikan dari pemukanya di Prancis. Meskipun begitu masih banyak persamaan
dari kedua aliran tersebut.
Untuk
definisi dari sastra bandingan kita bisa melihat kepada kamus webster:
“ the study of the interrelationship of the literatures of two or more
national cultures usu. of differing languages and esp. of the influences of one
upon the other; sometimes : informal study of literary works in translation 1”
Terjemahannya → Studi tentang hubungan timbal balik dari dua atau lebih
kebudayaan nasional, biasanya dari perbedaan bahasa dan khususnya pengaruh satu
karya terhadap karya yang lain.
Sedangkan
Bassnett, dengan fokus yang lebih meniti daripada definisi dari webster, dalam
bukunya A Critical Introduction to Comparative Literature mengatakan bahwa
sastra bandingan adalah “The study of text across culture, that
is interdisciplinary, and that it is concerned, with patterns
communication in literature across both time and space. 2
Baik
webster atau Bassnett, mereka menekankan agar karakter sastra yang dibandingkan
itu setidaknya harus mempunyai perbedaan bahasa atau budaya dalam ruang dan
waktu yang berbeda pula. Hal ini pada akhirnya akan membuat kita lebih luas
dalam melihat obyek yang dianalisis.
Sehingga
apa yang dikatakan oleh Bassnett diatas itu benar bahwa sastra bandingan adalah
suatu studi yang interdisipliner. Melihat sastra tidak hanya terpacu pada teks
melainkan bisa meminjam pada teori-teori yang berhubungan, sesuai tujuan dan
apa yang akan dianalisis. Senada dengan hal tersebut bang
Damono
berujar (2005:1; 2009:1), bahwa sastra bandingan adalah pendekatan dalam ilmu
sastra yang tidak dapat menghasilkan teori sendiri. Boleh dikatakan teori
apapun bisa dimanfaatkan dalam penelitian sastra bandingan, sesuai dengan objek
dan tujuan penelitiannya. Dalam beberapa tulisan, sastra bandingan juga disebut
sebagai studi atau kajian. Dalam langkah-langkah yang dilakukannya, metode
perbandingan adalah yang utama. 3
Kenapa
Harus Dibandingkan?
Pertanyaan
diatas mungkin merupakan pertanyaan mendasar apabila kita ingin mengenal lebih
dekat dengan sastra bandingan. Lebih mengetahui dengan bertanya sebenarnya apa
yang harus dibandingkan? Bagaimana mencari persamaan dan perbedaannya? Dan
kalau sudah ketemu, mau dibawa kemana perbedaan dan persamaan tersebut?
Kenapa
harus dibandingkan? Jawabannya mungkin ada pada beberapa pandangan. Pandangan
pertama datang dari bagaimana sifat folklore berkembang dari satu tempat ke
tempat yang lain yang pada akhirnya diduga bermuara pada sebuah karya tulis.
Misalnya tema kepahlawanan dalam sebuah karya sastra. Dengan adanya kemiripan
tema antara cerita satu tempat dan tempat yang lain maka hal itu sangat menarik
perhatian peneliti untuk menganalisisnya.
Tentu,
dalam praktiknya peneliti itu harus mengetahui dahulu isi keseluruhan karya
yang akan dianalisis. Tanpa mengetahui cerita yang dituliskannya peneliti itu
tidak mungkin bisa menerka-nerka persamaan dari kedua karya tersebut, apalagi
untuk mencari perbedaannya.
Syahdan,
karya sastra itu bisa kita bilang adalah sebuah refleksi perasaan manusia, baik
ketika mereka sedih, bahagia, menderita, dan sebagainya. Sastra/seni terlahir
sebagai sebuah perantara bagaimana miniatur rasa manusia bisa diterka. Oleh
karenanya kita sering mendapati tema-tema cinta, sedih, tragedi, pembunuhan
sampai kepahlawanan dalam sastra. Hal itu menandakan bahwa sastra itu
bersifat universal. Ia adalah perasaan semua manusia dibumi.
Akan
tetapi, seperti yang telah disebut diatas, suatu karya sastra itu bisa dibilang
sama karena kita melihatnya hanya pada tataran tekstual, tematiknya saja.
Sedangkan unsur lain, unsur-unsur yang bisa mempengaruhi suatu karya sastra
dimanapun itu berada belum kita sentuh keberadaannya.
Misal,
memang betul ada satu kemiripan cerita antara Oedipus dan Sangkuriang ketika
ingin menikahi seorang wanita yang notabennya adalah Ibunya sendiri. Stelah
mengetahui hal tersebut apakah lantas kita berhenti pada tataran itu saja?
Tidak. Studi komparatif tidak menganjurkan untuk sesederhana itu. Ada baiknya
kita mengerti apa yang telah dikatakan seorang akademisi sastra:
Studi
komparatif: sejenis penelitian deskriptif yang ingin mencari jawaban secara
mendasar tentang sebab akibat dengan jalan menganalisis faktor-faktor penyebab
terjadinya ataupun munculnya suatu fenomena tertentu. Dalam studi komparatif
ini, sulit diketahui faktor-faktor penyebab yang dijadikan dasar pembanding
sebab penelitian komparatif tidak mempunyai kontrol; metode yang digunakan di
dalamnya adalah ex post facto, yaitu data dikumpulkan setelah semua kejadian
yang dikumpulkan telah selesai berlangsung; 28 Peneliti dapat melihat akibat
dari suatu fenomena dan menguji hubungan sebab akibat dari data-data yang
tersedia. 4
Kisah
Oedipus dan Sangkuriang adalah kisah cinta seorang anak pada ibunya sendiri.
Bedanya Oedipus memang sempat menjadi seorang suami dari Ibunya sendiri
sedangkan Sangkuriang tidak senasib dengan Oedipus. Disinilah letaknya kita
harus mengenal faktor budaya, nilai leluhur, atau sejarah mitologi dari kedua
sastra tersebut yang berasal dari dua negara yang berbeda.
Dengan
meminjam disiplin sejarah maka kita akan mengenal keadaan sosial dari kedua
negara tersebut, dengan meminjam disiplin politik maka kita akan mengetahui
keadaan rakyat dan pemimpinnya, dan lain hal sebagainya. Sehingga setidaknya
kita akan mengetahui bahwa dalam ajaran sunda, seorang anak yang menikah dengan
ibu sendiri adalah sebuah kedurhakaan yang tiada tara. Lalu apakah di negeri
Oedipus juga mengenal kultur semacam ini? Let’s try just by yourself!
Notes:
- http://www.merriam-webster.com/dictionary/comparative%20literature, diunduh pada tanggal 12/15/2012 ↩
- Bassnett, Sussan. 1993. Comparative Literature: A Critical Introduction. Cambridge: Blackwell Publisher. ↩
- http://www.jendelasastra.com/wawasan/essay/sejarah-perkembangan-dan-fokus-kajian-sastra-bandingan, diunduh 12/15/2012. ↩
- Yusuf H, Asep. 2007. Metode Penelitian Sastra, Modul. Unpad: Bandung. ↩
Tidak ada komentar:
Posting Komentar